Sabtu, 22 September 2012

FILSAFAT PENDIDIKAN BIOLOGI


BAB I
PENDAHULUAN

 Perkembangan sains tidak terlepas dari perkembangan teknologi, politik ekonomi, sosial dan filsafat di masyarakat. Manusia dapat berpikir karena mempunyai bahasa. Dengan bahasa manusia dapat memberi nama kepada segala sesuatu yang ada di alam semesta, baik yang kelihatan maupun yang tidak kelihatan. Dengan demikian, segala sesuatu yang pernah diamati dan dialami dapat disimpannya,menjadi tanggapan-tanggapan dan pengalaman-pengalaman yang kemudian diolahnya (berpikir) menjadi pengertian-pengertian bermakna. Dengan singkat,karena memiliki dan mampu berbahasa maka manusia berpikir. Kita berpikir untuk menemukan pemahaman dari rasa keingintahuan kita terhadap sesuatu.
Sering kita mendengar istilah filsafat, filsafat ilmu pengetahun, pengetahuan dan ilmu pengetahuan, Istilah-istilah yang tentunya sudah tidak asing di telinga kita karena sungguh familiar saat kita sedang membaca sebuah buku maupun saat sedang mendengarkan suatu seminar, khususnya yang terkait bidang pendidikan. Terkadang sulit memang mengartikan makna masing-masing istilah tersebut. Tidak jarang pula kita berasumsi bahwa filsafat dan filsafat ilmu pengetahuan memiliki makna yang sama. Begitu pula antara ilmu dengan ilmu pengetahuan yang sering kita anggap sama maknanya. Padahal keempat istilah tadi memiliki makna yang berbeda satu sama lain dan dapat dilihat jelas perbedaannya jika kita telusuri lebih dalam.
    Filsafat, yang dalam pikiran kita akan memunculkan suatu persepsi sempit sebagai istilah yang maknanya kurang lebih adalah proses berpikir tingkat tinggi yang dilakukan dengan penalaran logis dan kritis akan sesuatu hal yang tergambar jelas di alam yang dapat diamati dengan indera dan hanya dapat dilakukan oleh orang yang berilmu tinggi dan bijaksana, layaknya seorang filsuf atau professor. Sedangkan ilmu pengetahuan atau sains, kita artikan sebagai hasil pemikiran seorang jenius yang mampu menghadirkan pengetahuan baru yang dapat diindera yang dihasilkan melalui pengamatan berulang dan kemudian disimpulkan sebagai sebuah teori.
    Dalam kehidupan yang serba moderen seperti sekarang ini, dimana manusia seolah mampu menciptakan segalanya dan mampu mengatasi segala permasalahan kehidupannya, memang mutlak tidak terlepas sebagai peran penting yang dimainkan oleh filsafat dan sains yang sudah berkembang sedemikian majunya sebagai hasil pemikiran manusia itu sendiri.  Namun, hal itu pulalah yang mengakibatkan manusia-manusia yang hidup di zaman moderen saat ini seolah melupakan dari mana mereka berasal dan siapa yang menciptakan mereka. Sedikit dari manusia moderen ini tidak lagi mengenal siapa Tuhan mereka dan tidak mengakui ajaran yang diturunkan-Nya yang kemudian kita kenal sebagai agama (wahyu). Mereka hanya berpikir bahwa filsafat adalah moyang dari ilmu pegetahuan atau sains yang mereka anggap sebagai dewa mereka.
    Dalam hal ini, kita harus pintar-pintar dalam melihat hubungan diantara beberapa istilah tadi, yaitu filsafat dan filsafat ilmu pengetahuan, pengetahuan dan ilmu pengetahuan, serta kaitannya dengan agama sebagai wahyu Tuhan.
Pengetahuan dimulai dari rasa ingin tahu yang besar, kepastian dimulai dengan rasa ragu-ragu dan filsafat  dimulai dengan kedua-duanya. Berfilsafat  didorong untuk mengetahui apa yang telah kita tahu dan apa yang belum kita tahu. Berfilsafat berarti berendah diri bahwa tidak semuanya akan pernah kita ketahui dalam kesemestaan yang seakan tidak terbatas ini. Demikian juga berfilsafat berarti mengoreksi diri, semacam keberanian berterus terang, seberapa jauh sebenarnya kebenaran yang dicari telah kita jangkau. Filsafat, terutama Filsafat barat muncul di Yunani semenjak kira-kira abad ke7 SM. Filsafat muncul ketika orang-orang mulai memikirkan dan berdiskusi akan keadaan alam, dunia, dan lingkungan di sekitar mereka dan tidak menggantungkandiri kepada (agama) lagi untuk mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini.
Filsafat adalah studi tentang seluruh fenomena kehidupan dan pemikiran manusia secara kritis dan dijabarkan dalam konsep mendasar. Filsafat tidak didalami dengan melakukan eksperimen-eksperimen dan percobaan-percobaan, tetapi dengan mengutarakan masalah secara persis, mencari solusi untuk itu, memberikan argumentasi dan alasan yang tepat untuk solusi tertentu. Akhir dari proses-proses itu dimasukkan ke dalam sebuah proses dialektika. Untuk studi falsafi, mutlak diperlukan logika berpikir dan logika bahasa.










BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian Filsafat
Kata falsafa atau filsafat  dalam bahasa Indonesia merupakan kata serapan dari bahasa Arab, yang juga diambil dari bahasa Yunani, philosophia. Dalam bahasa ini, kata ini merupakan kata majemuk dan berasal darikata-kata ( philia= persahabatan, cinta)  dan ( sophia= "kebijaksanaan").  Sehingga arti harafiahnya adalah seorang pencinta kebijaksanaan. Kata filosofi yang dipungut dari bahasa  Belanda juga dikenal di Indonesia. Bentuk terakhir ini lebih mirip dengan aslinya. Dalam bahasa Indonesia seseorang yang mendalami bidang falsafah disebut "filsuf".
Seorang yang berfilsafat dapat diumpamakan seorang yang berpijak di bumi sedang tengadah ke bintang-bintang. Dia ingin mengetahui hakikat dirinya dalam kesemestaan galaksi. Atau seorang, yang berdiri di puncak tinggi, memandang ke ngarai dan lembah di bawahnya. Dia ingin menyimak kehadirannya dengan kesemestaan yang ditatapnya. Ada beberapa karateristik berfikir filsafat yaitu:
1.    Sifat menyeluruh, seorang ilmuwan tidak puas lagi mengenal ilmu hanya dari segi pandang ilmu itu sendiri. Dia ingin melihat hakikat ilmu dalam konstelasi pengetahuan yang lainnya. Dia ingin tahu kaitan ilmu dengan moral. Kaitan ilmu dengan agama. Dia ingin yakin apakah ilmu itu membawa kebahagiaan pada dirinya.
2.    Sifat mendasar, seorang yang berfikir filsafat selain tengadah ke bintang-bintang juga membongkar tempat berpijak secara fundamental. Dia tidak lagi percaya begitu saja bahwa ilmu itu benar. Namun harus memulai dari satu titik yang awal yang benar sekaligus titik akhir yang benar.
3.    Sifat spekulatif, yakni tafsiran atau dugaan yang tidak didasarkan pada kenyataan sebenarnya. Berfilsafat didorong tidak hanya untuk mengetahui apa yang telah kita tahu, tetapi juga apa yang kita belum tahu. Bahkan setelah kita menetapkan titik awal yang menjadi jangkar pemikiran yang mendasar, kita tidak yakin akan hal itu. Dalam hal ini kita hanya berspekulatif. Dan ini suatu dasar yang tidak bisa diadakan namun hal ini tidak bisa dihindarkan.
Yang penting adalah bahwa dalam prosesnya, baik dalam analisis maupun pembuktiannya, kita bisa memisahkan spekulasi mana yang bisa diandalkan dan mana yang tidak. Dan tugas utama filsafat adalah menetapkan dasar-dasar yang dapat diandalkan. Sekarang kita sadar bahwa semua pengetahuan yang sekarang dimulai dengan spekulasi. Dari serangkaian spekulasi ini kita dapat memilih buah pikiran yang dapat diandalkan yang merupakan titik awal dari penjelajahan pengetahuan (Suriasumantri, 2007:22).
Harold H. Titus (1979 ) memberi pengertian: (1) Filsafat adalahsekumpulan sikap dan kepecayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi; (2) Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan, (3) Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep); Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.

2.2. Pengertian Filsafat Ilmu Pengetahuan
Filsafat ilmu pengetahuan menyelidiki objek materi melalui berbagai jenis ilmu pengetahuan. Filsafat ilmu pengetahuan adalah mempersoakan tentang hakikat penyelidikan ilmu pengetahuan.
Menurut susunan kata-katanya dapat dimengerti bahwa filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu bidang studi filsafat yang objek materinya berupa ilmu pengetahuan dalam berbagai jenis, bentuk dan sifatnya. Jadi meliputi pluralitas ilmu pengetahuan. Jadi yang dimaksud filsafat ilmu pengetahuan adalah suatu bidang studi ilmu filsafat yang mempelajari segala macam jenis, bentuk dan sifat pengetahuan menurut segi yang paling hakiki.
Keberadaan filsafat ilmu pengetahuan ditentukan oleh 2 faktor yaitu:
1.    Faktor intern, dari dalam ilmu pengetahuan. Maksudnya adalah bahwa perkembangan pluralitas ilmu pengetahuan didasarkan pada sifat internal objek penyelidikan yang terdiri atas bagian-bagian. Setiap bagian, karena khusus mengandung kebenaran lebih objektif, pasti dan dapat dipercaya. Atas dorongan internal itu ilmu pengetahuan lahir dari filsafat dengan objek, metode, system dan kebenaran yang bersifat khusus.
2.    Faktor ekstern, dari luar ilmu pengetahuan. Hal ini juga merupakan satu faktor kuat penyebab kelahirannya. Faktor ini berupa kenyataan bahwa laju perkembangan jumlah penduduk dunia tidak berimbang lagi dengan ketersediaan sumber daya alam. Faktor ini mendorong diperlukannya pengetahuan khusus yang benar dan pasti dan bersifat praktis-teknis. Pengetahuan demikian memiliki kemampuan reproduktif untuk mengolah sumber daya alam sehingga dapat bermanfaat bagi usaha mencukupi kebutuhan hidup sehari-hari


Manfaat mempelajari filsafat ilmu pengetahuan:
1.    Mengembangkan ilmu pengetahuan , teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai ontologis. Dengan paradigma ontologism, diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan spiritual keilmuwan yang mampu mengatasi bahaya sekularisme ilmu pengetahuan.
2.    Mengembangkan ilmu pengetahuan , teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai epistomologis. Dengan paradigma epistomologis diharapkan dapat mendorong pertumbuhan wawasan intelektual keilmuwan yang mampu membentuk sikap ilmiah.
3.    Mengembangkan ilmu pengetahuan , teknologi dan perindustrian dalam batasan nilai etis. Dengan paradigm etis diharapkan dapat mendorong pertumbuhan perilaku adil yang membentuk moral tanggung jawab sehingga pemberdayaan ilmu pengetahuan, teknologi dan perindustrian semata-mata hanya untuk kelangsungan yang adil dan berkebudayaan.

2.3 Pengertian Ilmu Pengetahuan  
Ilmu pengetahuan (science) antara lain disebutkan sebagai pengetahuan yang benar dan pasti mengenai suatu objek tertentu yang konkret dan yang diperoleh secara metodik dan sistematik. Jadi, ada beberapa point yang bersama-sam menentukan bagi adanya ilmu pengetahuan yaitu adanya objek, metode, system dan kebenaran.
a.    Objek Ilmu Pengetahuan
Menurut penjelasan Webster (dalam Suhartono, 2005) tersebut, ada beberapa penekanan mengenai objek, seperti sesuatu yang dapat dilihat, disentuh dan diindra, sesuatu yang dapat disadari secara fisis atau mental, suatu tujuan akhir dari kegiatan atau usaha, dan suatu hal yang menjadi masalah pokok suatu penyelidikan. Jadi, dapatlah dipahami bahwa apa yang dimaksud dengan objek adalah sasaran pokok atau tujuan penyelidikan keilmuwan.
b.    Metode Ilmu Pengetahuan
Dalam pembicaraan mengenai ilmu pengetahuan, yang dimaksudkan degan metode adalah cara-cara penyelidikan yang bersifat keilmuwan yang sering disebut metode ilmiah (scientific methods). Metode ini perlu, agar tujuan keilmuwan yang berupa kebenaran objektif dan dapat dibuktikan bisa tercapai. Dengan metode ilmiah, kedudukan pengetahuan berubah menjadi ilmu pengetahuan, yaitu menjadi lebih khusus dan terbatas lingkupan studinya.


c.    Sistem Ilmu Pengetahuan
Hal ini berarti bahwa pengetahuan-pengetahuan ilmiah yang terkandung di dalamnya, antara yang satu dengan yang lain haruslah saling berhubungan secara fungsional dalam suatu sistem. Adanya sistem bagi ilmu pengetahuan itu diperlukan agar jalannya penelitian lebih terarah dan konsisten dalam mencapai tujuannya, yaitu kebenaran ilmiah itu tadi.
d.   Kebenaran Ilmiah
Yang dimaksud kebenaran ilmiah adalah suatu pengetahuan yang jelas dan pasti kebenarannya menurut norma-norma keilmuwan. Adapau kebenaran yang pasti adalah mengenai suatu objek materi, yang diperoleh menurut objek forma, metode dan sistem tertentu. Karena itu kebenaran ilmiah cenderung bersifat objektif, tidak subjektif. Artinya terkadang di dalamnya sejumlah pengetahuan menurut sudut pandang yang berbeda-beda tetapi saling bersesuian.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ilmu pengetahuan (sains) adalah kumpulan pengetahuan yang terstruktur dan sistematik yang terbentuk jika ada objek, ada subjek, dan ada sarana membangun struktur kumpulan pengetahuan tersebut, misalnya bahasa dan logika. Ilmu pengetahuan berada dalam lingkaran metode-aktivitas-pengetahuan yang merupakan siklus yang tak akan berhenti dieksplorasi manusia.

2.4.  Pengertian Pengetahuan
Pengetahuan, kata dasarnya “tahu”, mendapatkan awalan dan akhiran pe dan an. Imbuhan ‘pe-an’ berarti menunjukkan adanya proses. Jadi menurut susunan perkataannya, pengetahuan berarti proses mengetahui dan menghasilka sesuatu yang disebut pengetahuan. Sebagai salah satu bidang filsafat, masalah ini dipersoalkan secara khusus di dalam “epistomologi” yang berasal dari bahasa Yunani episteme, berarti pengetahuan dan bagaimana cara mengetahuinya.
Adapun pengetahuan itu adalah sesuatu yang ada secara niscaya pada diri manusia. Keberadaannya diawali dari kecenderungan psikis manusia sebagai bawaan kodrat manusia, yaitu dorongan ingin tahu yang bersumber dari kehendak atau kemauan. Sedangkan kehendak adalah salah satu unsur kekuatan kejiwaan. Adapun unsur lainnya adalah akal pikiran (ratio) dan perasaan (emotion). Ketiganya berada dalam satu kesatuan, dan secara terbuka bekerja sama saling pengaruh memengaruhi menurut situasi dan keadaan.
Idealnya pengetahuan seharusnya mengandung kebenaran sesuai dengan prinsip akal, perasaan dan keinginan. Dengan kata lain, pengetahuan yang benar haruslah dapat diterima akal sekaligus dapat diterima oleh perasaan dan layak dapat dikerjakan dalam praktik perilaku.
Dari proses terbentuknya pengetahuan, dapat disimpulakan bahwa hakikat pengetahuan berlapis-lapis mulai dari tingkat kepercayaan, keraguan sampai pada tingkat kepastian dan keyakinan.
Mengenai sebab musabab pengetahuan juga bersangkutan dengan masalah sumber-sumber pengetahuan. Dikenal ada beberapa sumber, yaitu:
1.    Kepercayaan berdasarkan tradisi, adat dan agama adalah berupa nilai-nilai warisan nenek moyang. Sumber ini biasanya bebrbentuk norma-norma dan kaidah-kaidah baku yang berlaku dalam kehidupan sehari-hari.
2.    Pengetahuan yang berdasarkan pada otoritas kesaksian orang lain, juga masih diwarnai oleh kepercayaan. Pihak-pihak pemegang otoritas kebenaran pengetahuan yang dapat dipercaya adalah orang tua, guru, ulama, orang yang dituakan dan sebagainya.
3.    Pengalaman indriawi (pancaindra). Dengan mata, telinga, hidung, lidah dan kulit, orang bisa menyaksikan secara langsung kebenaran suatu objek dan secara langsung pula bisa melakukan kegiatan hidup.
4.    Akal pikiran, cenderung memberikan pengetahuan yang lebih umum, objektif dan pasti serta yang bersifat tetap, tidak berubah-ubah.
5.    Intuisi. Sumber ini berupa gerak hati yang paling dalam. Pengetahuan yang bersumber dari intuisi merupakan pengalaman batin yang bersifat langsung. Artinya tanpa melakukan sentuhan indra maupun olahan akal pikiran.
Kelima sumber tersebut memberikan jawaban umum mengenai sebab musabab adanya pengetahuan yang kiranya dapat disederhanakan sebagai berikut:
Pada mulanya pengetahuan didapat dengan cara percaya, yaitu percaya kepada adat istiadar, agam-agama dan kesaksian orang lain. Selanjutnya melalui kemampuan pancaindra/pengalaman kepercayaan itu mulai diragukan kebenarannya. Ketika pikiran mulai bekerja maka mulai ada perkiraan, yaitu ketika faktor-faktor yang mengiyakan atau yang menidakkan mulai berat sebelah, begitu seterusnya.  
Apabila berat sebelahnya semakin kuat, maka kemudian berubah menjadi pendapat. Ketika pendapat dapat serius teruji baik secara empirik maupun rasional, maka berubah menjadi kepastian. Akhirnya ketika kepastian selalu teruji baik secara empiric maupun rasional, maka berubah menjadi keyakinan yang cenderung sulit untuk diubah.

2.5.  Pengertian Biologi, Pendidikan Biologi
Biologi berasal dari bahasa Yunani, yaitu ‘bios’ yang artinya hidup dan ‘logos’ yang artinya ilmu. Jadi, biologi adalah ilmu yang mempelajari sesuau yang hidup beserta masalah-masalah yang menyangkut kehidupan. Obyek kajian biologi sangat luas dan mencakup semua makhluk hidup. Karenanya dikenal berbagai cabang ilmu biologi yang mengkhususkan diri pada kajian tertentu yang lebih spesifik, di antaranya anatomi, anastesi, zoologi, botani, bakteriologi, parasitologi,ekologi, genetika, embriologi, entomologi, evolusi, fisiologi, histologi, mikologi,mikrobiologi, morfologi, paleontologi, patologi, dan lain sebagainya.
      Aristoletes (384-322 SM) adalah seorang ilmuwan dan filosof Yunani yang dipercayai sebagai perintis ilmu biologi. Ia telah mempelajari tentang 500 jenis hewan dengan sistem klasifikasinya, hal ini memberi pengaruh yang besar pada pemikiran dalam perkembangan ilmu-ilmu biologi (Salam, 1997). Hubungan biologi dengan filsafat ilmu pengetahuan adalah dengan adanya filsafat ilmu pengetahuan yang mengkritisisasi dan memikirkan efek-efek ilmu biologi dan perkembangannya bagi pengetahuan manusia dan dampaknya pada refleksi etis tentang berbagai problema serta akses pemanfaatannya dalam kehidupan manusia, maka biologi dapat bermanfaat secara efektif dalam kehidupan umat manusia. Atau dengan kata lain, filsafat ilmu merupakan kajian secara mendalam dan spesifik tentang hakikat ilmu (pengetahuan ilmiah), seperti obyek apa yang dikaji ilmu, bagaimana cara memperoleh ilmu, bagaimana ilmu digunakan, bagaimana kaitan penggunaan ilmu dengan kaidah-kaidah moral kehidupan.Ilmu biologi banyak berkembang pada abad ke-19, dengan ilmuwan menemukan bahwa organisme memiliki karakteristik pokok. Biologi kini merupakan subyek pelajaran sekolah dan universitas di seluruh dunia, dengan lebih dari jutaan makalah dibuat setiap tahun dalam susunan luas jurnal biologi dan kedokteran. Hal ini juga mendukung perkembangan ilmu pendidikan biologi, yaitu ilmu pengetahuan yang mempelajari tentang bagaimana hubungan pendidikan dengan biologi, bagaimana cara mempelajari dan mengajarkan biologi dengan baik dan benar, baik  pada instusi pendidikan formal maupun non formal.
Pendidikan biologi dapat dimaknai sebagai upaya untuk membelajarkan biologi sebagai suatu ilmu pengetahuan dalam suatu pembelajaran formal di sekolah maupun nonformal dalam kehidupan sehari-hari. Pendidikan biologi perlu dimaknai secara luas dan mendalam, yakni bukan hanya pemahaman dalam penguasaan teori dan konsep dalam ilmunya, tetapi juga lebih dari itu yang terpenting mampu menyentuh aspek sosial yang implementasinya bisa langsung dirasakan manfaatnya dalam kehidupan. Misalnya, membelajarkan kepada anak untuk berperilaku bersih dan sehat yang peduli akan lingkungan dan menyayangi alam sekitarnya sebagai bentuk implementasi nyata pendidikan biologi.

2.6.  Pengertian Agama
            Tidak mudah bagi kita untuk menentukan pengertian agama, karena agama bersifat batiniah, subyektif, dan individualistis. Kalau kita membicarakan agama akan dipengaruhi oleh pandangan pribadi dan juga dari pandangan agam yang kita anut. Istilah agama sama dengan pengertian religion dalam bahasa Inggris. Bozman (dalam Salam, 2008:173) mengemukakan bahwa agama dalam arti luas merupakan suatu penerimaaan terhadap aturan-aturan daripada kekuatan yang lebih tinggi dari manusia.
Agama menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah sistem atau prinsip kepercayaan kepada Tuhan, atau juga disebut dengan nama Dewa atau nama lainnya dengan ajaran kebhaktian dan kewajiban-kewajiban yang bertalian dengan kepercayaan tersebut. Manusia memiliki kemampuan terbatas, kesadaran dan pengakuan akan keterbatasannnya menjadikan keyakinan bahwa ada sesuatu yang luar biasa di luar dirinya. Sesuatu yang luar biasa itu tentu berasal dari sumber yang luar biasa juga.
  Keyakinan ini membawa manusia untuk mencari kedekatan diri kepada Tuhan dengan cara menghambakan diri , yaitu :
a.Menerima segala kepastian yang menimpa diri dan sekitarnya dan yakin berasaldari Tuhan
b.Menaati segenap ketetapan, aturan, hukum dan lain sebagainya yang diyakini berasal dari Tuhan.
Dengan demikian agama memiliki ruang lingkup pengkajian hal-hal yang berada di luar jangkauan pengalaman manusia. Contohnya: manusia harus menyakini keberadaan syurga dan neraka tetapi mereka tidak mampu menemukan keberadaannya sekarang. Hubungan agama dengan ilmu pengetahuan adalah dengan adanya agama sebagai basik kontrol bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang berdampak dalam kehidupan, maka manusia mampu mengontrol penggunaan ilmu pengetahuan secara wajar dan positif.
Seperti halnya ilmu dan filsafat , agama tidak hanya untuk agama, melainkan untuk diterapkan dalam kehidupan dengan segala aspeknya. Pengetahuan dan kebenaran agama yang berisikan kepercayaan dan nilai-nilai dalam kehidupan, dapat dijadikan sumber dalam menentukan tujuan dan pandangan hidup manusia dan sampai kepada perilaku manusia itu sendiri.
Kebenaran dan pengetahuan dari agama menggunakan metode thetis deduktif. Dikatakan thetis karena bertitik tolak dari dalil-dalil atau aksiama-aksiama agama yang tidak dapat ditolak kebenarannya. Dikatakan deduktif  karena pengetahuan dan kebenaran tersebut disusun dari prinsip-prinsip yang berlaku umum, diterapkan untuk memikirkan masalah-masalah khusus.
Pengetahuan agama bukanlah suatu pengalaman yang bersifat teoritis, melainkan merupakan penghayatan yang mendalam tentang manusia dengan Tuhannya, serta pengalaman semua yang telah digaris-garis oleh agama tersebut.
Ciri-ciri daripada semua agama sebagai berikut:
a.    Agama merupakan sistem tauhid atau system keimanan/keyakinan terhadap eksistensi sesuatu yang absolute (mutlak) di luar diri manusia yang merupakan  Causa-Prima atau penyebab pertama daripada segala sesuatu termasuk dunia itu dan segala isinya.
b.    Agama merupakan suatu sistem ritual atau peribadatan/penyembahan dari manusia kepada sesuatu yang diberi predikat yang absolut (mutlak) atau Causa-Prima itu.
c.    Agama merupakan satu sistem nilai (value system) atau system norma/kaidah yang menjadi pola hubungan manusia antar sesama manusia dan pola hubungan dengan ciptaan lainnya dari yang absolute (mutlak) atau Causa-Prima itu yang seirama dengan sistem tauhid dan sistem ritual tersebut.
Jadi, agama adalah pengetahuan yang berdasarkan kepercayaan atau keimanan kepada Allah sebagai sumber pengetahuan kepada kehidupan hari akhir, kepada malaikat-malaikat sebagai perantara Allah menemui para nabi kepada kitab-kitab suci, sebagai cara penyampaian dan kepada para nabi sebagai perantara dan penerima wahyu Allah tersebut.
Kepercayaan inilah yang merupakan titik tolak dalam agama dan lewat pengkajian selanjutnya dapat meningkatkan atau menurunkan kepercayaan itu. Ilmu pengetahuan adalah sebaliknya yaitu dimulai dengan tanpa kepercayaan dengan rasa tak percaya. Ilmu pengetahuan mengkaji dengan riset, pengalaman dan percobaan untuk sampai kepada kebenaran yang faktual.
Manusia harus sadar bahwa agama merupakan suatu kebenaran mutlak yang diturunkan Tuhan untuk dijadikan jalan hidup. Agama harus diterima sebagai sesuatu yang utuh, tidak terpisah-pisah, dan tidak mengalami perubahan dimanapun tempatnya. Sudah seharusnya agama dijadikan sebagai sumber dan dasar yang utama untuk mencari dan menjalani kebenaran yang hakiki.

2.7.       Persamaan (Similiriti)
    Dari beberapa istilah yang telah dipaparkan sebelumnya, terdapat persamaan tujuan. Berdasarkan tujuannya, terdapat persamaan tujuan antara filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, pengetahuan, sains, sains biologi dan agama, yakni sama-sama mencari dan menghendaki kebenaran. Meskipun memiliki paradigma yang berlainan, namun keseluruhannya mengacu pada satu tujuan yang sama.
Filsafat dengan ilmu pengetahuan memiliki hubungan yang mendasar di dalam perkembangan pengetahuan. Persamaan filsafat dengan ilmu pengetahuan (sains) yaitu 1. Keduanya mencari rumusan yang sebaik-baiknya menyelidiki obyek selengkap-lengkapnya sampai ke akar-akarnya. 2. Keduanya memberikan pengertian mengenai hubungan atau koheren yang ada antara kejadian-kejadian yang kita alami dan mencoba menunjukkan sebab-akibatnya. 3. Keduanya hendak memberikan sistesis, yaitu suatu pandangan yang bergandengan. 4. Keduanya mempunyai metode dan sistem. 5. Keduanya hendak memberikan penjelasan tentang kenyataan seluruhnya timbul dari hasrat manusia (obyektivitas), akan pengetahuan yang lebih mendasar.  6. Filsafat dan ilmu, keduanya menggunakan metode berpikir reflektif (refflectife thinking) dalam menghadapi fakta-fakta dunia dan hidup. 7. Filsafat dan ilmu, keduanya tertarik terhadap pengetahuan yang terorganisasi dan tersusun secara sistematis. Ilmu membantu filsafat dalam mengembangkan sejumlah bahan- bahan deskriktif dan faktual serta esensial bagi pemikiran filsafat. Ilmu mengoreksi filsafat dengan jalan menghilangkan sejumlah ide-ide yang bertentangan dengan pengetahuan ilmiah. Filsafat merangkum pengetahuan yang terpotong-potong, yang menjadikan beraneka macam ilmu dan yang berbeda serta menyusun bahan-bahan tersebut kedalam suatu pandangan tentang hidup dan dunia dan menyeluruh dan terpadu.

2.8.  Perbedaan (Distingsi)
    Kendatipun makna-makna yang telah disampaikan tadi memiliki kesamaan tujuan, namun secara umum banyak perbedaan yang muncul. Diantaranya yaitu antara filsafat dengan ilmu pengetahuan jika dibandingkan dengan agama ditinjau dari segi asalnya dimana agama mutlak bersumber dari Tuhan sebagai wahyu yang diturunkan kepada manusia. Sedangkan filsafat dan ilmu pengetahuan berasal dari hasil pemikiran (penalaran) logis dan mengakar serta radikal akan sesuatu. Filasafat terkadang hanya membutuhkan pengamatan kritis saja terhadap suatu hal. Berbeda dengan ilmu pengetahuan yang membutuhkan suatu pembuktian terlebih dahulu untuk membuktikan sesuatu itu benar atau tidak adanya. Sedangkan agama harus diterima sebagai suatu ajaran (wahyu) Tuhan yang wajib diterima.  Selain itu, agama memiliki tingkat kebenaran yang mutlak (absolut) yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sedangkan sains dan filsafat memiliki tingkat kebenaran yang relatif (nisbi). Artinya bahwa filsafat dan sains masih sangat mungkin memiliki kesalahan/kekeliruan seiring dengan berjalannya waktu. Agama harus diterima sebagai suatu sikap kepercayaan yang tidak ada keragu-raguan di dalamnya (iman). Sedangkan sains dan filsafat, kita perlu melakukan peninjauan kembali apakah data pengetahuan yang disampaikan benar atau keliru.
Obyek material lapangan filsafat itu bersifat universal umum, yaitu segala sesuatu yang ada realita sedangkan obyek material ilmu pengetahuan ilmiah itu bersifat khusus dan empiris. Artinya, ilmu hanya terfokus pada disiplin bidang masing-masing secra kaku dan terkotak-kotak, sedangkan kajian filsafat tidak terkotak-kotak dalam disiplin tertentu. Obyek formal (sudut pandang) filsafat itu bersifat non fragmentaris, karena mencari pengertian dari segala sesuatu yang ada itu secara luas, mendalam dan mendasar. Sedangkan ilmu bersifat fragmentaris, spesifik, dan intensif. Di samping itu, obyek formal itu bersifatv teknik, yang berarti bahwa cara ide-ide manusia itu mengadakan penyatuan diri dengan realita. Filsafat dilaksanakan dalam suasana pengetahuan yang menonjolkan daya spekulasi, kritis, dan pengawasan, sedangkan ilmu haruslah diadakan riset lewat pendekatan trial and error. Oleh karena itu, nilai ilmu terletak pada kegunaan pragmatis, sedangkan kegunaan filsafat timbul dari nilainnya. Filsafat memuat pertanyaan lebih jauh dan lebih mendalam berdasarkan pada pengalaman realitas sehari-hari, sedangkan ilmu bersifat diskursif, yaitu menguraikan secara logis, yang dimulai dari tidak tahu menjadi tahu
Filsafat memberikan penjelasan yang terakhir, yang mutlak, dan mendalam sampai mendasar (primary cause) sedangkan ilmu menunjukkan sebab-sebab yang tidak begitu mendalam, yang lebih dekat, yang sekunder (secondary cause).

2.9.        Persamaan dan Perbedaan Filsafat, Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ilmu Pengetahuan, Pengetahuan, Biologi dan Pendidikan Biologi, serta Agama

Tabel : Rangkuman persamaan dan perbedaan

PERSAMAAN
PERBEDAAN
Obyektif
Sama-sama mencari kebenaran
-
Sumber
Filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, pengetahuan, biologi, pendidikan biologi berasal dari sumber yang sama, yaitu akal, budi, ratio, reason dan vernuft
Agama bersumber dari wahyu Tuhan (Allah)
Metode
Ø Filsafat dan filsafat ilmu pengetahuan: Mengeksplorasi akal budi secara radikal (mengakar) dan integral (menyeluruh) serta universal (mengalam)+unsure logikanya.
Ø Ilmu pengetahuan, biologi, pendidikan biologi: penyelidikan, pengalaman, percobaan, observasi (metode ilmiah)
Ø Pengetahuan: pemahaman mendasar dan terbatas yang belum mendalam.
Ø Agama: mempelajari kitab suci (firman Allah)
Sifat kebenaran
Ø Filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, pengetahuan, biologi, pendidikan biologi memiliki kebenaran yang bersifat nisbi (relatif)
Ø Agama memiliki kebenaran mutlak (absolut)
Kebenaran
Ø Filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan spekulatif (dugaan yang tak dapat dibuktikan secara empiris, riset dan eksperimen).
Ø Agama memiliki kebenaran mutlak (absolut)
Faktor/motivasi
Ø Filsafat, filsafat ilmu pengetahuan, ilmu pengetahuan, pengetahuan, biologi, pendidikan biologi dimulai dengan sangsi /tidak percaya dan rasa ingin tahu yang besar.
Ø Agam dimulai dengan sikap percaya dan iman.




BAB III
KESIMPULAN

Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa:
1.        Filsafat telah menjadi moyang dari suatu ilmu pengetahuan moderen.
2.         Filsafat dan ilmu pengetahuan memiliki keterkaitan yang sangat erat. Filsafat ilmu pengetahuan sangatlah tepat dijadikan landasan pengembangan ilmu pengetahuan.
3.    Agama merupakan basik kontrol bagi perkembangan ilmu pengetahuan yang berdampak dalam kehidupan, maka manusia mampu mengontrol penggunaan ilmu pengetahuan secara wajar dan positif.
4.    Kebenaran mutlak yang dicari manusia sebenarnya hanyalah bersifat nisbi (relatif). Suatu filsafat atau bahkan sains sendiri masih dapat diragukan kebenarannya. Karena pada waktu tertentu, sains dan filsafat yang sudah dianggap benar pada waktu yang lalu, akan menjadi keliru pada waktu yang lain.
5.    Agamalah sebagai sumber dari kebenaran yang hakiki karena hanya agama yang bersumber dari wahyu Tuhan yang memiliki kebenaran yang mutlak dan tidak boleh ditolak bahkan diragukan kebenarannya dan manusia sebagai hamba harusnya menerima agama sebagai suatu ajaran yang diturunkan Tuhannya dengan kepercayaan dan tanpa keragu-raguan (iman).



DAFTAR PUSTAKA

Salam, B., (2008), Pengantar Filsafat, Bumi Aksara, Jakarta.
Santriwan, (2010), Pengertian Filsafat Dan Ilmu Pengetahuan, http://santriw4n.wordpress.com/2010/02/23/pengertian-filsafat-dan-ilmu-pengetahuan/
(diakses Februari 2010)
Suhartono, S., (2005), Filsafat Ilmu Pengetahuan, Ar-Ruzz, Jogjakarta.
Suriasumantri, J. S., ( 2007),  Filsafat Ilmu: Sebuah  Pengantar Populer , PustakaSinar harapan, Jakarta.