BAB
I
PENDAHULUAN
Secara umum, bioteknologi diharapkan untuk
memenuhi berbagai kebutuhan umat manusia. Pertanian dan kesehatan adalah
merupakan 2 bidang terbesar dalam penerapan bioteknologi, bidang lainnya adalah
polusi kontrol, pertambangan, produksi energi, akuakultur dan kehutanan.
Sekitar 15 tahun lalu dengan munculnya bioteknologi, bidang ini diharapkan
dapat diterapkan untuk memberikan manfaat pada berbagai segmen kehidupan. Bioteknologi adalah cabang ilmu yang mempelajari pemanfaatan
makhluk hidup (bakteri, fungi,
virus, dan lain-lain) maupun produk dari
makhluk hidup (enzim, alkohol) dalam proses produksi untuk
menghasilkan barang dan jasa. Dewasa ini, perkembangan bioteknologi tidak hanya
didasari pada biologi semata, tetapi juga pada ilmu-ilmu
terapan dan murni lain, seperti biokimia, komputer, biologi molekular, mikrobiologi, genetika, kimia,
matematika, dan lain sebagainya. Dengan kata
lain, bioteknologi adalah ilmu terapan yang menggabungkan berbagai cabang ilmu
dalam proses produksi barang dan jasa.
Bioteknologi secara sederhana sudah dikenal oleh manusia sejak ribuan tahun
yang lalu. Sebagai contoh, di bidang teknologi
pangan adalah pembuatan bir, roti,
maupun keju yang sudah dikenal sejak abad ke-19, pemuliaan tanaman untuk menghasilkan varietas-varietas baru di bidang pertanian, serta pemuliaan
dan reproduksi hewan. Di bidang medis,
penerapan bioteknologi di masa lalu dibuktikan antara lain dengan penemuan vaksin, antibiotik, dan insulin, walaupun masih dalam jumlah yang terbatas akibat
proses fermentasi yang tidak sempurna. Perubahan
signifikan terjadi setelah penemuan bioreaktor
oleh Louis Pasteur. Dengan alat ini, produksi antibiotik maupun vaksin dapat
dilakukan secara massal. Bioteknologi secara umum berarti meningkatkan
kualitas suatu organisme melalui aplikasi teknologi. Aplikasi teknologi
tersebut dapat memodifikasi fungsi biologis suatu organisme dengan menambahkan
gen dari organisme lain atau merekayasa gen pada organisme tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Pengertian
Bioteknologi
Bioteknologi
berasal dari kata “bio” dan “teknologi” yang dapat diartikan sebagai penggunaan
organisme atau sistem hidup untuk memecahkan suatu masalah atau untuk
menghasilkan produk yang berguna.
Bioteknologi adalah penggunaan
prinsip-prinsip teknologi pada suatu sistem hidup untuk mengembangkan
proses-proses untuk menghasilkan produk. Bioteknologi pada saat ini meliputi teknik-teknik DNA rekombinan, pemindahan
gen, manipulasi dan pemindahan embrio, regenerasi tumbuhan, kultur sel,
antibody monoklonal dan engineering bioproses.
Pengertian lain dari Bioteknologi adalah penggunaan biokimia, mikrobiologi,
dan rekayasa genetika secara terpadu, untuk menghasilkan barang atau lainnya
bagi kepentingan manusia. Biokimia mempelajari struktur kimiawi organisme.
Rekayasa genetika adalah aplikasi genetik dengan mentransplantasi gen dari satu
organisme ke organisme lain. Dari pengertian di
atas dapat dilihat bahwa ciri-ciri utama dari bioteknologi antara lain sebagai
berikut:
1. Adanya benda biologi berupa mikroorganisme, tumbuhan atau
hewan
2. Adanya
pendayagunaan secara teknologi dan industri
Teknik bioteknologi ini meliputi
teknik-teknik di bawah ini:
2.1.1. DNA Rekombinan
Teknologi DNA rekombinan
merupakan teknik kejuruteraan genetik yang melibatkan penggunaan DNA
rekombinan - yaitu DNA yang menggabungkan maklumat genetik
dua species organisma yang berlainan. Jika gen-gen ini digabungkan dalam sel
telur atau sel sperma supaya maklumat genetik ini boleh diturunkan kepada
progeni, maka hasil daripada gabungan ini dinamakan organisma transgenik.
Penghasilan DNA rekombinan melibatkan tiga proses:
- Manipulasi DNA in vitro (luar sel organisma)
- Gabungan, atau rekombinasi DNA sesuatu organisma dengan DNA bakteria dalam plasmid atau bakteriofaj.
- Pengklonan, atau teknik untuk mereplikasi progeni yang membawa DNA rekombinan.
Proses-proses diatas pertama kali
dilakukan oleh Paul Berg dan A.D. Kaiser pada tahun 1972. Mereka berjaya
memasukkan DNA prokariot kedalam bakteria, kemudian oleh S.N. Cohen dan Herbert
Boyer yang berjaya menggabungkan DNA organisma eukariot bersama plasmid
bakteria.
Teknologi DNA rekombinan telah mungkinkan
bagi kita untuk: mengisolasi DNA dari berbagai organisme, menggabungkan DNA
yang berasal dari organisme yang berbeda sehingga terbentuk DNA rekombinan,
memasukkan DNA rekombinan ke dalam sel organisme prokariot maupun eukariot
hingga DNA rekombinan dapat berepilkasi dan bahkan dapat diekspresikan. Jadi,
Teknologi DNA Rekombinan merupakan kumpulan teknik atau metoda yang digunakan
untuk mengkombinasikan gen-gen di dalam tabung reaksi.
Teknik-teknik tersebut
meliputi:
- Teknik untuk mengisolasi DNA.
- Teknik untuk memotong DNA.
- Teknik untuk menggabung atau menyambung DNA.
- Teknik untuk memasukkan DNA ke dalam sel hidup.
Perangkat yang digunakan dalam teknologi
DNA rekombinan adalah perangkat-perangkat yang ada pada bakteri. Perangkat
tersebut antara lain adalah: enzim restriksi, enzim DNA ligase, plasmid,
transposon, pustaka genom, enzim transkripsi balik, pelacak DNA/RNA.
Enzim restriksi digunakan untuk memotong DNA
Enzim restriksi digunakan untuk memotong DNA
Enzim DNA ligase digunakan untuk menyambung DNA
Plasmid digunakan sebagai vektor untuk mengklonkan gen
atau mengklonkan fragmen DNA atau mengubah sifat bakteri.
Transposon digunakan sebagai alat untuk melakukan
mutagenesis dan untuk menyisipkan penanda.
Pustaka Genom digunakan untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan.
Enzim traskripsi balik digunakan untuk membuat DNA berdasarkan RNA.
Pustaka Genom digunakan untuk menyimpan gen atau fragmen DNA yang telah diklonkan.
Enzim traskripsi balik digunakan untuk membuat DNA berdasarkan RNA.
Pelacak DNA / RNA digunakan untuk mendeteksi gen atau
fragmen DNA yang diinginkan atau untuk mendeteksi klon yang benar.
Aplikasi teknologi DNA
rekombinan
·
Dalam perobatan
Antara aplikasi terpenting yang terbit daripada
teknologi DNA rekombinan ialah pengubahsuaian sel bakteria supaya ia berfungsi
sebagai penjana protein manusia. Interferon,
sejenis protein yang digunakan untuk merawat jangkitan virus dan sesetengah barah, dan juga hormon insulin, merupakan antara produk terawal
DNA rekombinan. Kini, hormon tumbesaran boleh dihasilkan secara sintetik,
termasuk juga vaksin, protein pembeku
darah untuk pengidap hemofilia,
dan enzim-enzim seperti kolesterol oksidase untuk mendiagnos masalah
metabolisme kolesterol.
Penghasilan vaksin
melalui proses DNA rekombinan bermakna ia lebih murah, tulen, spesifik, dan
tidak menyebabkan kesan sampingan yang banyak dan memudaratkan. Banyak penyelidikan
dilakukan untuk merawat penyakit genetik dengan memasukkan gen yang berfungsi
bagi menggantikan yang rosak. Ini adalah satu contoh terapi gen.
Malah, kemasukan gen dalam sel gamet yang kurang sempurna boleh mengelakkan
pewarisan penyakit oleh anak dalam kandungan.
· Dalam industri
Proses fermentasi berlaku dalam
penghasilan minuman alkohol, antibiotik, dan roti. Tetapi kesemua ini boleh
diperbaiki lagi dengan kehadiran agen yang berDNA rekombinan. Contohnya,
penambahan gen-gen tertentu kepada strain yis Saccharomyces untuk
sintesis amylase membolehkan penghasilan alkohol daripada kanji. Lain-lain
kegunaan DNA rekombinan dalam industri termasuklah degradasi sellulosa dan
lignin, penjanaan bahan api, dan pembersihan agen-agen pencemar alam sekitar.
Strain Pseudomonas putida yang boleh menghancur komponen-komponen
minyak yang berlainan telah "dijuruterakan" untuk mempertingkatkan
upayanya untuk mendegradasi kesemua komponen minyak.
·
Dalam pertanian
Sesetengah
strain bakteria telah dicipta untuk mengawal populasi serangga yang menyerang
tanaman. Syarikat Monsanto berjaya mengubahsuai strain bakteria Pseudomonas
fluorescens yang membolehkannya membunuh serangga perosak memlalui
penghasilan toksin yang berasal daripada Bacillus thuringiensis.
Toksin B. thuringiensis telah lama digunakan sebagai bahan pembunuh
hewan perusak.
2.1.2.
Pemindahan Gen
Cara ini dikenal pula sebagai transformasi
DNA.
Gen dari organisme lain disisipkan ke dalam DNA tanaman untuk tujuan tertentu.
Strategi pemuliaan ini banyak mendapat penentangan dari kelompok-kelompok
lingkungan karena kultivar yang dihasilkan dianggap membahayakan lingkungan
jika dibudidayakan.
Transformasi
tanaman yang dimediasi dengan Agrobacterium tumefaciens merupakan metode
transformasi tanaman yang paling umum digunakan A. tumefaciens secara alami
menginfeksi tumbuhan dikotil dan menyebabkan tumor yang disebut ‘crown gall’
Bakteri ini merupakan bakteri gram negatif yang menyebabkan crown gall dengan
mentransfer bagian DNA-nya (dikenal sebagai T-DNA) dari Tumour inducing plasmid
(Ti plasmid) ke dalam inti sel dan berintegrasi dengan genom sehingga
menyebabkan penyakit ‘crown gall’.T-DNA mengandung 2 tipe gen, gen onkogenik
yang menyandikan enzim termasuk sintesis auksin dan sitokinin dan membentuk
formasi tumor, serta gen yang menyandikan sintesis opin, hasil dari kondensasi
asam amino dan gula. Opin dihasilkan dan diekskresikan sel ‘crown gall’ dan
digunakan oleh A. tumefaciens sebagai sumber karbon dan nitrogen. Sementara gen
untuk reaksi katabolisme opin, gen yang membantu transfer T-DNA dari bakteri ke
sel tanaman, dan gen tansfer konjugatif plasmid, terdapat diluar T-DNA.
A. tumefaciens terlebih dahulu melakukan
pelekatan pada permukaan sel tanaman dengan membentuk mikrofibril sehingga
menyebabkan terjadinya luka pada tanaman yang akan mengeluarkan senyawa fenolik
yaitu asetosiringone sebagai respon sinyal. Sinyal tersebut mengaktifkan virA
yang merupakan protein kinase untuk mengaktifkan virG dan memfosforilasinya
menjadi virG-P. Dengan aktifnya virG-P ini akan mengaktifkan gen-gen vir
lainnya untuk mulai bersifat virulen dan melakukan transfer VirD untuk memotong
situs spesifik pada Ti plasmid, pada sisi kiri dan kanannya sehingga melepaskan
T-DNA yang akan ditransfer dari bakteri ke sel tanaman . T-DNA utas tunggal akan
diikat oleh protein VirE yang merupakan single strand binding protein sehingga
terlindung dari degradasi. Bersamaan dengan itu, protein virB membentuk saluran
transmembran ysng menghubungkan sel A. tumefaciens dan sel tanaman sehingga
T-DNA dapat masuk ke sel tanaman. Gen pada T-DNA, yang meliputi gen auksin,
sitokinin dan opin, ikut terekspresi sehingga memacu pertumbuhan sel tanaman
menjadi banyak (tumor.
Dengan adanya teknologi transformasi yang
dimediasi A. tumefaciens ini berperan dalam menghasilkan tanaman transgenik,
seperti tanaman tembakau yang tahan terhadap antibiotik tertentu. Resistensi
terhadap antibiotik ini didapatkan dari bakteri yang turut menyisip pada T-DNA
A. tumefaciens.
Produk yang dihasilkan dengan cara ini
sudah cukup banyak, seperti berbagai kultivar padi, kedelai, jagung, kapas,
tomat, dan kentang.
Transfer gen
horizontal
Transfer gen horizontal atau transfer gen lateral, merupakan
proses masuknya bahan-bahan genetik suatu organisme
ke organisme lain tanpa melalui proses reproduksi.
Istilah ini dipertentangkan dengan transfer gen vertikal, yang terjadi
apabila suatu organisme menerima bahan genetik dari tetuanya. Kebanyakan ilmu genetika
berfokus pada transfer vertikal, namun akhir-akhir ini terjadi peningkatan
perhatian pada transfer gen horizontal yang merupakan fenomena yang sangat umum
terjadi pada organisme bersel tunggal. Transfer gen horizontal buatan merupakan
salah satu bentuk rekayasa genetik.
Transformasi gen adalah proses dimana DNA asing dimasukkan
kedalam sel tanaman. Teknologi transfer gen telah berkembang sejak dilaporkan
adanya tanaman yang sudah tertransformasi pada awal tahun '80 an. Sekarang
teknologi transfer gen mempunyai peranan yang amat penting dalam
perkembangbiakan tanaman dan peningkatan mutu tanaman. Teknologi ini
memungkinkan para pemulia tanaman memasukkan gen asing kedalam sel atau
jaringan tanaman, baik secara langsung maupun tak langsung tanpa merujuk kepada
tingkat hubungan genetik atau kompatibel ilitas suatu jenis. Keuntungan lainnya
dari metode baru ini yaitu memungkinkan memasukkan gen yang diinginkan dengan
sangat sedikit pengrusakan kedalam genom tanaman dibandingkan dengan cara
proses perkawinan hybrid baik dalam species maupun antar species.
Memasukkan informasi genetik "asing" kedalam sel
tanaman telah muncul pada tahun 1970 an dalam rangka membantu menghilangkan
hambatan yang terjadi pada proses reproduksi melalui perkawinan. Prosedurnya
meliputi penggabungan sel somatik yang membawa informasi genetik yang berbeda
dengan menggunakan isolasi protoplast. Carlson (7) adalah yang pertama kali
sukses memproduksi tanaman hibrid (Nicotiana) melalui penggabungan protoplast
antar spesifik. Keterbatasan penggunaan teknik ini (parasexual hybridisation)
dalam memproduksi tanaman baru pada dasarnya karena kurang cocoknya selectif
marker genetik untuk isolasi hybridnya (2), dan adanya polyploid alami dalam
somatik hybrid.
Teknologi tansfer gen kini diterapkan pada berbagai ragam
species, menghasilkan berbagai generasi transgenik tanaman dan teknik
transformasi ini sangat menarik bagi tanaman yang mempunyai nilai komersial
tinggi.
2.1.3.
Manipulasi dan Pemindahan Embrio
Transfer
embrio merupakan bagian dari teknologi reproduksi setelah inseminasi buatan
yang tengah dikembangkan dalam dunia peternakan. Proses transfer embrio
meliputi :
1. Metode sinkronisasi birahi dan
superovulasi
Sinkronisasi birahi pada ternak resipien harus dilaksanakan
pada hari yang sama pada semua ternak. Sinkronisasi birahi dapat dilakukan
dengan beberapa cara, namun untuk keperluan transfer embrio pada umumnya
menggunakan prostaglandin ( PGF2α ). Aplikasi teknik PGF2α dapat dilakukan
dengan cara intramuscular, submukosa vulva atau secara intrauterine.
Sinkronisasi birahi dalam rangka transfer embrio sebaiknya dilakukan secara
intra uterin dengan teknik rektovaginal. Alat untuk mendepositkan PGF2α
menggunakan kateter intrauterine atau plastic sheet AI Gun yang kemudian
dimasukkan ke dalam uterus melalui vagina dipandu dengan tangan per rectal.
Superovulasi pada ternak donor dilaksanakan secara bersamaan
dengan sinkronisasi birahi pada ternak resipien. Superovulasi dapat dilakukan
dengan penyuntikan hormone PMSG dan HCG atau hormone FSH dan LH, dengan tujuan
agar menghasilkan embrio dalam jumlah banyak.
2. Flushing embrio
Flushing pada proses transfer embrio adalah membilas uterus
ternak donor dengan cara memasukkan cairan media ke dalam koruna uteri kemudian
mengeluarkannya kembali untuk mendapatkan embrionya.
Teknik flushing dapat dilakukan dengan atau tanpa pembedahan.
Teknik yang lebih aman dan lebih banyak digunakan adalah teknik tanpa
pembedahan menggunakan foley catheter. Teknik ini dilakukan pada hari ke 5 – 8
yaitu ketika embrio hasil superovulasi sudah berada di koruna uteri namun belum
mengalami implantasi.
3. Pengolahan embrio
Embrio yang diperoleh dari hasil flushing uterus ternak donor
dapat langsung di transfer dalam bentuk embrio segar kepada ternak resipien
atau disimpan dalam bentuk embrio beku untuk ditransfer kepada ternak resipien
dikemudian hari.
Sebelum ditransfer kepada ternak resipien, embrio hasil flushing terlebih dahulu melewati tahapan berikut :
Sebelum ditransfer kepada ternak resipien, embrio hasil flushing terlebih dahulu melewati tahapan berikut :
a.
Identifikasi
Embrio yang berada didalam media flushing harus dapat di
identifikasi terlebih dahulu agar tidak dikelirukan dengan sel epithel tuba
fallopii. Proses ini dilakukan dengan menggunakan mikroskop disekting pada
pembesaran 25 -40 kali. Embrio stadium morula dini atau blastosis dengan
kualitas excellent dan good layak dipergunakan untuk transfer embrio.
b. Pencucian
b. Pencucian
Apabila embrio segera ditransfer maka terlebih dahulu dicuci
dalam media transfer dengan cara memindahkannya dari cawan petri ke petri lain
sebanyak 3 kali, pengambilan embrio menggunakan pipet mikro atau pipet
berkanula, proses ini dilakukan di bawah mikroskop disekting.
c.
Pengisian straw
Embrio dimasukkan ke dalam straw bening dengan posisi : media
– udara - media embrio – udara – media
Teknik transfer embrio
Teknik transfer embrio menggunakan embrio segar maupun embrio
beku pada prinsipnya sama, kecuali pada transfer embrio beku diperlukan thawing
embrio dan degliserolisasi untuk menghilangkan cryoprotectant yang ada dalam
media embrio beku.
Straw yang telah berisi embrio dimasukkan kedalam TE Gun dengan langkah sebagai berikut: Siapakan TE Gun steril, tarik stilet kira – kira sepanjang straw. Sisipkan straw ke ujung TE Gun dengan bagian straw yang terdapat plug pendorong berada di bagian bawah.
Straw yang telah berisi embrio dimasukkan kedalam TE Gun dengan langkah sebagai berikut: Siapakan TE Gun steril, tarik stilet kira – kira sepanjang straw. Sisipkan straw ke ujung TE Gun dengan bagian straw yang terdapat plug pendorong berada di bagian bawah.
2.1.4.
Regenerasi Tumbuhan
Kemampuan
regenerasi tumbuhan merupakan proses seleksi untuk menentukan individu mana dan
dari jenis apa yang akan bertahan hidup yang pada akhirnya akan
mempengaruhi komposisi jenis dan keragaman jenis.
mempengaruhi komposisi jenis dan keragaman jenis.
2.1.5.
Kultur Sel
Salah satu
teknologi kedokteran yang saat ini sedang dikembangkan yaitu stem sel.
Pengembangan stem sel memberi harapan bagi penyembuhan berbagai penyakit yang
belum ada obatnya sampai saat ini. Walaupun masih kontroversial karena
berbenturan dengan permasalahan etika.
Kultur sel atau yang biasa disebut
sebagai Stem sel atau sel induk adalah sel yang dalam
perkembangan embrio manusia menjadi sel awal yang tumbuh menjadi berbagai organ
manusia. Sel ini belum terspesialisasi dan mampu berdeferensiasi menjadi
berbagai sel matang dan mampu meregenerasi diri sendiri.
Sel induk dibagi menjadi sel stem
embrionik dan sel stem dewasa. Sel stem embrionik adalah sel yang diambil dari
inner cell mass, suatu kumpulan sel yang terletak di satu sisi blastocyst yang
berusia lima hari dan terdiri atas seratus sel. Sel ini dapat berkembang biak
dalam media kultur optimal menjadi berbagai sel, seperti sel jantung, sel
kulit, dan saraf.
Sumber lain adalah sel stem dewasa,
yakni sel induk yang terdapat di semua organ tubuh, terutama di dalam sumsum
tulang dan berfungsi untuk memperbaiki jaringan yang mengalami kerusakan. Tubuh
kita mengalami perusakan oleh berbagai faktor dan semua kerusakan yang
mengakibatkan kematian jaringan dan sel akan dibersihkan. Sel stem dewasa dapat
diambil dari fetus, sumsum tulang, dan darah tali pusat.
Sel induk embrionik maupun sel induk
dewasa sangat besar potensinya untuk mengobati berbagai penyakit degeneratif,
seperti infark jantung, stroke, parkinson, diabetes, berbagai macam kanker;
terutama kanker darah dan osteoarthritis. Sel stem embrionik sangat plastis dan
mudah dikembangkan menjadi berbagai macam jaringan sel sehingga dapat dipakai
untuk transplantasi jaringan yang rusak.
Keuntungan sel induk dari embrio di
antaranya ia mudah didapat dari klinik fertilitas dan bersifat pluripoten
sehingga dapat berdiferensiasi menjadi segala jenis sel dalam tubuh. Pada
kultur sel ini dapat berpoliferasi beratus kali lipat sehingga berumur panjang,
Namun, sel induk ini berisiko menimbulkan kanker jika terkontaminasi, berpotensi
menimbulkan penolakan, dan secara etika sangat kontroversial.
Sementara sel induk dewasa dapat diambil dari sel pasien
sendiri sehingga menghindari penolakan imun, sudah terspesialisasi sehingga
induksi jadi lebih sederhana dan secara etika tidak ada masalah. Kerugiannya,
sel induk dewasa ini jumlahnya sedikit, sangat jarang ditemukan pada jaringan
matur, masa hidupnya tidak selama sel induk dari embrio, dan bersifat
multipoten sehingga diferensiasinya tidak seluas sel induk dari embrio.
2.1.6.
Antibodi Monoklonal
Antibodi
monoklonal adalah zat yang diproduksi oleh sel gabungan
tipe tunggal yang memiliki kekhususan tambahan. Ini adalah komponen penting
dari sistem kekebalan tubuh. Antibody monoklonal adalah antibody yang melawan protein di
daerah dan atau sel kanker. Antibodi monoklonal dibuat di laboratorium khusus
untuk melawan antigen tertentu. Karena tiap jenis kanker mengeluarkan antigen
yang berbeda, maka berbeda pula antibodi yang digunakan.
Mereka
dapat mengenali dan mengikat ke antigen yang spesifik. Pada teknologi antibodi
monklonal, sel tumor yang dapat mereplikasi tanpa henti digabungkan dengan sel
mamalia yang memproduksi antibodi. Hasil penggabungan sel ini adalah hybridoma,
yang akan terus memproduksi antibodi. Antibodi monoklonal mengenali setiap
determinan yang antigen (bagian dari makromolekul yang dikenali oleh sistem
kekepalan tubuh / epitope). Mereka menyerang molekul targetnya dan mereka bisa
memilah antara epitope yang sama. Selain sangat spesifik, mereka memberikan
landasan untuk perlindungan melawan patogen. Antibodi monoklonal sekarang telah
digunakan untuk banyak masalah diagnostik seperti : mengidentifikasi agen
infeksi, mengidentifikasi tumor, antigen dan antibodi auto, mengukur protein
dan level drug pada serum, mengenali darah dan jaringan, mengidentifikasi sel
spesifik yang terlibat dalam respon kekebalan dan mengidentifikasi serta
mengkuantifikasi hormon.
Antibodi monoklonal juga dapat
mempengaruhi cell growth factors,
karenanya dapat digunakan untuk menghambat pertumbuhan sel-sel tumor. Jika
dipadu dengan radioisotop, obat kemoterapi, atau imunotoksin, setelah menemukan
antigen yang dicari antibodi monoklonal langsung membunuh sel pembuatnya
(kanker).
Beberapa jenis antibodi monoklonal
yang banyak dipergunakan antara lain rituximab (untuk non-Hodgkins lymphoma),
trastuzumab (untuk kanker payudara), alemtuzumab (leukemia limfositik kronis),
bevacizumab (kanker usus besar), cetuximab (kanker usus besar), gemtuzumab
ozogamicin (leukemia myelogenik akut), ibritumomab tiuxetan (non Hodgkins
lymphoma). Antibodi monoklonal untuk berbagai jenis kanker lainnya sedang dalam
tahap uji klinis.
Trastuzumab (Herceptin), yang
digunakan pada kanker payudara yang telah menyebar adalah salah satu contoh
antibody yang melawan protein HER-2, protein yang bertanggung jawab atas
pertumbuhan sel kanker payudara pada 15 25% kasus. Penambahan Trastuzumab pada
kemoterapi terbukti menurunkan tumbuh kembalinya kanker dan mengurangi angka
kematian pada perempuan penderita kanker payudara yang memiliki protein tersebut.
Tips: pengobatan ini masih tergolong
pengobatan yang baru dalam dunia kanker, oleh karena itu bertanyalah dengan
sejelas-jelasnya kepada dokter yang merawat tentang segala kemungkinan dari
terapi ini, terutama dari sisi efek samping yang ditimbulkan.
2.1.7.
Engineering Bioproses (teknik bioprosess)
Teknik bioproses atau teknik biokimia (Bahasa Inggris: biochemical engineering)
adalah cabang ilmu dari teknik kimia
yang berhubungan dengan perancangan dan konstruksi proses produksi yang
melibatkan agen biologi. Agensia biologis dapat berupa mikroorganisme atau enzim
yang dihasilkan oleh mikroorganisme. Mikroorganisme yang digunakan pada umumnya berupa bakteri, khamir, atau kapang. Teknik bioproses biasanya diajarkan sebagai suplemen
teknik kimia karena persamaan mendasar yang dimiliki keduanya. Kesamaan ini
meliputi ilmu dasar keduanya dan teknik penyelesaian masalah yang digunakan
kedua jurusan. Aplikasi dari teknik bioproses dijumpai pada industri obat-obatan,
bioteknologi, dan industri pengolahan air.
Sebuah bioreaktor adalah suatu alat atau
sistem yang mendukung aktivitas agensia
biologis. Dengan kata lain, sebuah bioreaktor adalah tempat
berlangsungnya proses kimia yang melibatkan mikroorganisme atau
enzim yang dihasilkan oleh suatu mikroorganisme. Bioreaktor dikenal juga dengan
nama fermentor.
Proses reaksi kimia yang
berlangsung dapat bersifat aerobik ataupun anaerobik. Sementara itu, agensia biologis yang
digunakan dapat berada dalam keadaan tersuspensi atau terimobilisasi. Contoh reaktor yang
menggunakan agensia terimobilisasi adalah bioreaktor dengan unggun atau
bioreaktor membran.
Perancangan
bioreaktor adalah suatu pekerjaan teknik yang cukup kompleks. Pada keadaan
optimum, mikroorganisme atau enzim dapat melakukan aktivitasnya dengan sangat
baik. Keadaan yang mempengaruhi kinerja agensia biologis terutama temperatur dan pH.
Untuk bioreaktor dengan menggunakan mikroorganisme, kebutuhan untuk hidup
seperti oksigen, nitrogen, fosfat, dan mineral lainnya perlu diperhatikan. Pada
bioreaktor yang agensia biologisnya berada dalam keadaan tersuspensi, sistem
pengadukan perlu diperhatikan agar cairan di dalam bioreaktor tercampur merata
(homogen). Seluruh parameter ini harus dimonitor dan dijaga agar kinerja
agensia biologis tetap optimum.
Untuk bioreaktor
skala laboratorium yang berukuran 1,5-2,5 L umumnya terbuat dari bahan kaca
atau borosilikat,
namun untuk skala industri, umunya digunakan bahan baja tahan karat (stainless steel) yang tahan karat. Hal ini dimaksudkan
untuk mengurangi kontaminasi senyawa metal
pada saat fermentasi terjadi di dalamnya. Bahan baja yang mengandung < 4% kromium
disebut juga baja ringan, sedangkan bila kadar kromium di dalamnya >4% maka
disebut stainless steel.
Bioreaktor yang umum digunakan terbuat dari bahan baja
316 yang mengandung 18% kromium, 2-2,5% molibdenum, dan 10% nikel.
Bahan yang dipilih harus bersifat non-toksik dan tahan terhadap sterilisasi
berulang-ulang menggunakan uap tekanan tinggi. Untuk mencegah kontaminasi, bagian atas
biorektor dapat ditambahkan dengan segel
aseptis (aseptic seal) yang terbuat dari campuran metal-kaca
atau metal-metal, seperti O-ring dan gasket. Untuk meratakan media di dalam bioreaktor
digunakan alat pengaduk yang disebut agitator atau impeler. Sementara itu, untuk
asupan udara dari luar ke dalam sistem biorektor digunakan sistem aerasi
yang berupa sparger. Untuk bioreaktor aerob,
biasanya digunakan kombinasi sparger-agitator sehingga pertumbuhan
mikrooganisme dapat berlangsung dengan baik.
Pada bagian dalam bioreaktor, dipasang
suatu sekat
yang disebut baffle untuk mecegah vorteks
dan meningkatkan efisiensi aerasi. Baffle ini merupakan metal dengan ukuran 1/10 diameter
bioreaktor dan menempel secara radial di dindingnya. Bagian lain yang harus dimiliki oleh suatu
bioreaktor adalah kondensor
untuk mengeluarkan hasil kondensasi saat terjadi sterilisasi
dan filter
(0,2 μm) untuk menyaring udara yang masuk dan keluar tangki. Untuk proses inokulasi
kultur, pengambilan sampel, dan pemanenan, diperlukan adanya saluran khusus dan
pengambilannya harus dilakukan dengan hati-hati dan aseptis agar tidak terjadi
kontaminasi. Untuk menjaga kondisi dalam bioreaktor agar tetap terkontrol, digunakan sensor pH, suhu,
anti-buih, dan oksigen terlarut (DO).
Apabila kondisi di
dalam sel mengalami perubahan, sensor akan memperingatkan dan harus dilakukan
perlakuan tertentu untuk mempertahankan kondisi di dalam bioreaktor. Misalkan terjadi
perubahan pH maka harus ditambahkan larutan asam
atau basa untuk menjaga kestabilan pH. Penambahan zat ini
dapat dilakukan secara manual namun juga dapat dilakukan secara otomatis
menggunakan bantuan pompa peristaltik. Selain asam dan basa, pompa peristaltik juga membantu penambahan anti-buih
dan substrat
ke dalam bioreaktor.
Aplikasi bioreaktor
Awalnya bioreaktor hanya digunakan untuk
memproduksi ragi, ekstrak khamir, cuka, dan alkohol. Namun, alat ini telah digunakan secara
luas untuk menghasilkan berbagai macam produk dari makhluk hidup seperti
antibiotik, berbagai jenis enzim, protein
sel tunggal, asam amino, dan
senyawa metabolit sekunder
lainnya. Selain itu, suatu senyawa juga dapat dimodifikasi dengan bantuan mikroorganisme sehingga menghasilkan
senyawa hasil transformasi
yang berguna bagi manusia. Pengolahan limbah buangan industri ataupun rumah
tangga pun sudah dapat menggunakan bioreaktor untuk memperoleh hasil buangan
yang lebih ramah lingkungan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar